Wednesday, July 31, 2019

Latgab Sugikarjo

Ratusan Kader HW Ikuti Latgab Sugikarjo

Ratusan kader Hizbul Wathan (HW) dari berbagai qobilah ramai berdatangan memenuhi jalan Desa Takerharjo Kec. Solokuro Lamongan menuju gedung MA Muhammadiyah 08 Takerharjo, Jumat (26/7/2019).
Barisan anak-anak pandu HW ini mengingatkan penggalan syair Mars Muhammadiyah warna yang hijau berseri membuatku rela hati.  Banyaknya kader HW di pagi itu memakai hasduk dan baret hijau beriringan dengan raut wajah penuh semangat.
Mereka mengikuti Latihan Gabungan (Latgab) kepanduan beberapa sekolah seperti  MA Muhammadiyah 08 Takerharjo, SMA Muhammadiyah 08 Sukodadi, SMA Muhammadiyah 10 Sugio, dan SMA Muhammadiyah 05 Karanggeneng.
Acara ini diberi nama Latihan Gabungan Penghela Sugikarjo (Sukodadi, Sugio, Karanggeneng, dan Takerharjo) yang berlangsung selama dua hingga Sabtu (27/7/2019) sore.
Hadir dalam upacara pembukaan Rakanda Sumardi dan Rakanda Surya dari Kwarda HW Lamongan sekaligus sebagai Ketua Dewan Sugli Kwarda HW. Juga seluruh kepala sekolah dari masing-masing lembaga.
Dalam sambutannya Rakanda Sumardi menyampaikan apresiasi luar biasa atas terselenggaranya Latgab HW terbesar di kabupaten ini. ”Terus menjaga militansi kader sehingga dapat meneruskan tongkat estafet perjuangan dakwah Muhammadiyah di manapun berada,” tandasnya.
Rangkaian acara Latgab diisi dengan materi aktual untuk kebutuhan para kader saat ini. Seperti materi Sikap Tanggap Angkatan Muda Muhammadiyah d isi Pimpinan Daerah Kokam Lamongan.
Materi Keislaman diisi Ustadz Munjil Mu’minin dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah Takerharjo. Selain itu juga latihan dasar baris berbaris, pioneering, P2HW, sandi dan semapore, ke-HW-an lainnya.
Malamnya dilanjutkan dengan penampilan pentas seni dari masing-masing qobilah. Hari terakhir diadakan jelajah medan dari pagi hingga sore hari yang bertujuan melatih ketangkasan dan keberanian kader untuk menguatkan mental serta keberanian agar tak gentar menghadapi apapun dalam menjalankan perjuangan dakwah Muhammadiyah.
Upacara penutupan dihadiri Rakanda Zumi yang menggagas acara Latgab ini. Dalam sambutannya dia tak bisa menyembunyikan rasa haru bahagianya menyaksikan ratusan kader HW mengikuti acara dengan antusias dan penuh sukacita untuk menggelorakan semangat HW.

Tuesday, July 16, 2019

FORSA (Forum Orientasi Santri Al Basyir)


Pengenalan yang Baik Untuk Pembelajaran yang Baik
 (MADIN Ula Al-Basyir Takerharjo)

“Tak kenal maka tak sayang.” Begitulah ungkapan yang sering kita dengar. Bisa dibilang perkenalan merupakan hal yang singkat dalam sebuah interaksi. Karena memang perkenalan bukanlah inti yang menjadi tujuan dalam sebuah interaksi itu. Tetapi bagaimanapun juga perkenalan merupakan hal yang sangat penting.

Berapa banyak orang yang bertikai hanya karena kesalah pahaman dalam proses pengenalannya? Berapa banyak orang yang gagal mendapatkan apa yang dituju hanya karena proses pengenalan yang kurang baik? Contoh kecilnya, banyak orang-orang yang tidak diterima dalam proses lamaran kerja karena kesalahan kecil dalam proses pengenalan, biarpun ia memiliki kemampuan, tetapi karena proses pengenalan yang kurang baik, maka akan jadi kurang baik pula hasilnya.

Begitu pula dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik juga tidak terlepas dari proses pengenalan yang baik. Oleh karena itu Madrasah Diniyah Al-Basyir Takerharjo mengadakan FORSA (Forum Orientasi Santri Al-Basyir) yang dipanitiai oleh santri-santri dari OSBA (Organisasi Santri Al-Basyir).

Kegiatan ini dikonsep dengan sangat menarik dan menyenangkan tanpa menghilangkan nilai pembelajaran dan pengamalan ajaran Islam. Tidak lupa, dalam kegiatan ini, santri baru juga dikenalkan dengan lingkungan MADIN, agar proses pembelajaran nantinya bisa berjalan dengan lebih baik.

Kegiatan ini diawali dengan lantunan ayat suci Al-Quran, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari kepanitiaan dan dari pengurus MADIN. Peserta FORSA tampak mengikuti kegiatan ini dengan antusias.

Ada beberapa materi yang disampaikan dalam acara ini. beberapa diantaranya adalah “Konsep Dasar Islam” dan “Karakter Remaja Muslim”. Materi-materi yang disampaikan, tidak lain tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman santri-santri baru tentang Islam dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Kegiatan ini juga diselingi dengan game-game yang menarik dan mendidik yang bisa mengembalikan semangat dan antusias peserta dalam belajar. Peserta tampak sangat senang dan menikmati game-game tersebut. Dan ternyata banyak hal-hal lucu yang tidak terduga yang membuat suasana semakin lebih hidup.

Untuk mengembangkan pemahaman peserta, diselipkan juga sesi diskusi yang dibuat dengan sangat menarik. Dalam sesi diskusi ini santri terlihat sangat aktif dalam mengutarakan pendapat dan argumennya.

Sebelum penutupan kegiatan, santri diajak jalan-jalan keliling desa untuk meningkatkan kesehatan jasmani setiap peserta. Suasana pagi yang sejuk juga menambah perasaan rileks dan nyaman.

Wajah-wajah ceria dan semangat tergambar dari senyuman mereka. Hal itu juga terlihat dari ungkapan kesan yang mereka utarakan. Seru, baik, menarik, dan menyenangkan merupakan kesan yang mereka ungkapkan tentang kegiatan ini ketika penutupan.

Semoga dengan proses pengenalan yang baik ini, proses pembelajaran nantinya bisa berjalan dengan lebih tertib dan lebih baik.

PERIODISASI KEPEMIMPINAN ORGANISASI & LEMBAGA PENDIDIKAN YAYASAN AL-BASYIR TAKERHARJO


PERIODISASI  KEPEMIMPINAN
ORGANISASI  &  LEMBAGA  PENDIDIKAN
YAYASAN  AL-BASYIR  TAKERHARJO

A . MUHAMMADIYAH

B . PONDOK PESANTREN AL-BASYIR

C . TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL (TK ABA)

D . MADRASAH IBTIDAIYAH  MUHAMMADIYAH  03
E .MADRASAH TSANAWIYAH  MUHAMMADIYAH  07

F .MADRASAH  ALIYAH  MUHAMMADIYAH  08

G .TAMAN PENDIDIKAN  AL-QUR’AN (TPA)

H .MADRASAH DINIYAH TAKMLIYAH

Monday, July 15, 2019

PERGURUAN MUHAMMADIYAH TAKERHARJO


PERGURUAN  MUHAMMADIYAH  TAKERHARJO

      “Perguruan Muhammadiyah Takerharjo” itu adalah satu paket dengan  “Yayasan   Al-Basyir Takerharjo”. Karena Perguruan Muhammadiyah Takerharjo itu  tersetruktur dalam Yayasan Al-Basyir Takerharjo. Jadi Yayasan sebagai pendiri dan Perguruan sebagai penglola. Dengan harapan ada kerja sama yang baik antara  pendiri dan penglola.

  Awal adanya Perguruan Muhammadiyah Takerharjo, adalah karena Yayasan Al-Basyir Takerharjo bermaksud untuk mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Kurang lebih tahun 1980 an dikenal istilah Perguruan Muhammadiyah di Takerharjo, dan Kepala perguruannya adalah penulis (M. Suzaini).

       Pada waktu itu sekolah Muhammadiyah yaitu: Madrasah Ibtidaiyah, TK Aisiyah Bustanul Athfal dan Madrasah Tsanawiyah.

    Demikian penjelasan tentang yayasan ini yang dapat terseleaikam, semoga yayasan ini    berkembang subur, banyak peminatnya, dikelola dengan manageman yang bagus, mempunyai tenaga pendidik yang handal, berkemajuan, dalam membentuk Kader Muslim yang berwawasan keislaman dan keilmuan yang unggul dalam prestasi, semaata-mata karena ridlo Allah.

Nashrun minallahi wafathun qorib.





@khusyudulhibri

MASJID JAMI' AL-JIHAD TAKERHARJO


MASJID JAMI’ AL-JIHAD
Seperti sudah dijelaskan di tulisan sebelumnya bahwa Masjid Jami’ Al-Jihad didirikan pada 1920  oleh Kiai Muhammad Basyir bersama  tokoh masyarakat Takerharjo lain, seperti H. Abdul-Hamid dan lain-lain.
Mulanya  lokasi masjid terletak di pasar Takerharjo. Adapun depan masjid masih tetap dibuat pasar. Baru setelah beberapa lama, pasar dipindahkan keluar lokasi masjid, tepatnya di sebelah barat jalan ke utara (kini berada disebelah utara Masjid Jami’ Al-Jihad). Tetapi akhirnya pasar dipindahkan jauh dari lokasi masjid.
Tetapi pada 1949 masjid mengalami kerusakan akibat gempa bumi. Semua bangunan rusak kecuali mimbar  maka pada 1952  masjid direhabilitasi oleh Bapak Yatun  dan diinsinyuri oleh Bapak Niti. Bahan bangunan masjid saat itu terbuat dari kayu jati. Oleh karena dinilai belum kokoh benar, pada 1967, masjid direhabilitasi ulang dan bersifat permanen oleh Bapak  Muhammad  Sun’an  beserta  kawan – kawan.
Tahun 1980 masjid direhabilitasi kembali dengan memperkuat konstruksinya untuk dijadikan bangunan berlantai dua. Sekarang Masjid Jami’ Al-Jihad sudah dibangun dalam kondisi yang super kokoh beratap cor, berdinding kramik, berlantai marmer, berpagar stainless dan berlampu neon yang gemerlapan, diiringi kipas angin yang berputar santai. Kondisi semacam ini jelas membuat suasana masjid semakin asri, sejuk, nyaman, dan menyenangkan bagi  para jamaah.




@khusyudulhibri

CIKAL BAKAL MADRASAH MUHAMMADIYAH TAKERHARJO


CIKAL BAKAL MADRASAH  MUHAMMADIYAH TAKERHARJO

Memang, menghidupka sebuah masjid tidaklah cukup dengan hanya mendirikan bangunan. Ini segera tampak pada 1952, terutama setelah  Kiai Hamdan wafat. Masjid Jami’ Al-Jihad  tiba-tiba kehilangan khotib. Tarjadilah kondisi yang memperihatin, yaitu para jamaah berkumpul pada suatu jum’at, tetapi tidak dapat melangsungkan sholat jum’at karna tidak ada khotibnya.
Melihat kondisi semacam ini, tampillah seorang tokoh agama Takerharjo. Adalah Bapak Muhammad Dahlan yang kemudian belajar khotbah kepada seorang kiai di Wonokerto dan Sadang.
Kepedulian Bapak Muhammad Dahlan ternyata tidak hanya terhadap kondisi masjid. Lebih jauh beliau juga sangat peduli terhadap kondisi pendidikan di Takerharjo. Setiap  habis jama’ah maghrib, beliau mengumpulkan anak-anah desa dirumah beliau untuk belajar membaca al-Qur’an dan menulis huruf Arab.
Tidak diduga, anak-anak ternyata sangat bersemangat dan antusias mengikuti bimbingan belajar yang diadakan oleh Bapak Muhammad Dahlan itu. Dari sini sebenarnya cikal bakal  berdirinya Madrasah di Takerharjo itu.
Kemudian, Bapak Muhammad Dahlan  berkordinasi dengan petinggi desa dan tokoh masyarakat, seperti Bapak Yatun dan Bapak Joyo Teken untuk merintis sebuah madrasah. Muhammad Dahlan mempunyai impian besar, agar generasi muda Takerharjo kelak memiliki lembaga pendidikan resmi sebagai tempat mereka menimba Ilmu. Walhasil, pada 1954, Alhamdulillah dengan izin Allah berdirilah madrasah dengan nama Sekolah Rakyat Islam (SRI) Takerharjo. Kepala sekolahnya saat itu adalah Bapak Mulyadi, asal Madiun Jawa Timur.
Bernama Sekolah Rakyat Islam (SRI) itu, bejalan selama empat tahun, hingga, pada tahun 1958, pemerintah mengitruksikan sekolah bersangkutan untuk bergabung kedalam orgnisasi yang mengurus pendidikan, agar bisa mendapatkan uang subsidi dari pemerintah.
Karna intruksi dari pemerintah itulah, maka Sekolah Rakyat Islam (SRI) Takerharjo kemudian bergabung ke organisasi Muhammadiyah, dan nama Sekolah Rakyat Islam (RSI) Takerharjo berubah menjadi Madrasah Islam Muhammadiyah Takerharjo.
Penulis sendiri mulai terjun dibidang pendidikan dengan ikut mengabdikan ilmu di Madrasah Islam Muhammadiyah itu setelah tamat dari Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri Bojonegoro, pada tahun 1970. Tidak lama kemudian penulis ditunjuk oleh Bapak Muhammad Sun’an untuk menjadi kepala di  Madrasah Islam Muhammadiyah tersebut.
Setelah penulis resmi menjabat sebagai kepala madrasah itu, nama Madrasah Islam Muhammadiyah diganti dengan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM), karena memang didalamnya diajarkan kurikulum setingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Pada 1973 penulis mendirikan Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (TKABA). Kepalanya saat itu adalah Ibu Zuhriyah. TK ABA yang baru seumur jagung itu tempatnya berpindah-pindah. Tahun 1973 TK ABA bertempat dirumah Bapak Thoha.
Pada 1975 pindah lagi kebelakang MIM agak ketimur, yaitu tanah wakaf dari Ibu Haji Syakur. Baru pada 1977, tanah wakaf itu dijual untuk membeli tanah disebelah selatan (kini rumah Bapak Tarmi’an/Ibu Mardliyah), dan dibangun diatasnya sebuah gudung yang terdiri dari dua ruang. Sedianya gedung itu untuk TK. Tetapi karena tempatnya tidak berada ditengah-tengah desa, maka TK ditempatkan digedung MIM, sementara kelas V dan VI MIM ditempatkan digedung baru itu. Setelah pengurus membeli tanah untuk Gedung TK ABA, maka sekarang gedung TK ABA ada di Jln: Masrip No, 04 Rt. 02, Rw. 03 Takerhjo. Dewasa ini telah berdiri PAUD PERCONTOHAN Aisyiyah Takerharjo Solokuro  Lamongan (Terakrididasi). Karena menjadi PAUD PERCONTOHAN Nasional, maka sering  dikunjungi oleh sekolah-sekolah di Jawa maupun diluat Jawa. 
Lembaga pendidikan Muhammadiyah di Takerharjo terus berkembang. Pada 1978 berdirilah Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 07. Jln: K. Basyir No. 11, Rt. 03, Rw. 03, Takerharjo. NSM: 121235240064,Telpon: 085731067000. Penulis yang Menjadi kepala saat itu.
Pada 1985 berdiri juga Madrasah Aliyah (MA) Muhammadiyah Jln: K. Basyir No. 11, Rt. 03, Rw. 03, Takerharjo. NSM: 131235240064. NPSN: 20580799. Telp:085234807157. Penulis juga sebagai kepala sampai tahun 1989.
Tahun 2016 kami mengajukan pembuatan Akta Pendirian Yayasa Pondok Pesantren Al-Basyir, kepada Menteri Hukun dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, walhasil dapat nomor  keputusan yatu: NOMOR AHU-0033111. AH.01.04.Tahun 2016. Karena ada kesalahan tentang nama-nama organn yayasan, maka kami mengajukan kembali Akte Pendirian yang baru untuk merobah kesalahan-kesalahan yang terjadi. Maka nama Yayasan yang lama dibubarkan, dengan nomo pembubaran yaitu:AHU-0033111.AH.01.04.TAHUN 2016.
Sementara akte yayasan yang baru sudah diterbitkan dengan nama  “YAYASAN  AL-BASYIR TAKERHARJO” yaitu: NOMORAHU-000010488.AH.01.04.Tahun2018.
Tahun 2010 berdiri Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Jln: Pendidikan No. 01, Rt. 01, Rw. 03 Takerharjo. Berdiri Madrasah Diniyah Takmiliyah tahun 2010. Jln: K. Basyir, No. 11 Rt. 03, Rw. 03 Takerharjo. NSMD: 311235240744.



@khusyudulhibri

PONDOK PESANTREN AL BASYIR


PONDOK PESANTREN AL-BASYIR

Muhammad Basyir (Pendiri Pondok Pesantren Al Basyir)
Dakwah Islam di Takerharjo tidak bisa dilepaskan dari peran seorang tokok bernama Muhammad Basyir. Beliau adalah  seorang hamba Allah yang ditakdirkan sebagai  mubaligh dan  guru  ngaji pertama di Takerharjo. Kiai Muhammad Basyir lahir di Kediren Kalitengan  Lamongan pada tahun 1891.
Sejak berusia belia  Kiai Muhammad Basyir nyantri di Pondok Pesantren Luwayu, Dukun, Kabupaten Gersik di bawah asuhan KH Syamsauri. Sebagai santri, beliau tergolong sartri yang taat. K.H. Syamsauri sangat menyukainya, sihingga pada 1918 Kiai Muhammad Basyir dinikahkan dengan putri sang kiai yang bernama Syafuro.
Setelah menikah itulah Kiai Muhammad Basyir mulai berkiprah  di Takerharjo. Beliau menapak “karir” sebagai guru ngaji. Oleh karena jumlah santri  yang semakin hari terus bertambah maka Alhamdulillah dengan izin Allah SWT. beliau dapat mendirikan sebuah pondok pesantren  yang kelak dikenal  dengan  Pondok Pesantren Al-Basyir  Jln. K. Basyir No. 11 Rt. 03 Rw. 03  Takerharjo,  NSP: 510035240168.
Podok pesanttren yang beliau rintis itu terus berkembang. Semakin bertambah hari, para santri terus berdatangan. Lambat laun tidak cuma santri dari Takerharjo saja yang mengais ilmu di pesantren itu. Beberapa santri dari daerh-daerah luar Takerharjo juga belajar di situ. Misalnya para  santri berasal dari desa-desa di kecamatan Dukun, Kecamatan Paciran, Kecamatan Kalitenga, Kecamatan Turi, Kecamatan Karanggeneng, dan lain-lain.
Semangat Kiai Muhammad Basyir semakin menggelora. Guna melebarkan sayap dakwah di Takerharjo, pada 1920  alhamdulillah dengan izin Allah SWT. beliau lalu merintis pendirian masjid bersama H. Abdul Hamid dan tokoh- tokok masyarakat Takerharjo lain. Masjid yang terletak di  tengah-tengah desa Takerharjo itu kelak bernama Masjid  Jami’ Al-Jihad. Jln: Masjid  01 Rt. 03  Rw. 01 Takerharjo.
            Beberapa tahun berjalan pada tanggal 29 Desember 1926,  alhamdulillah dengan izin Allah SWT. Kiai Muhammad Basyir  ditunjuk secara resmi oleh Bupati Lamongan Hario untuk menjadi guru ngaji di  Pondok Pesantren Al-Basyir. Kitab-kitab yang diampuh adalah Al-Qur’an, Berzanji, Sulam Taufiq, Safinatun Najah dan lain-lain. Kitab-kitab itu juga sepengetahuan  pemerintah Belanda. Sebab pada zaman Penjajahan dahulu guru baru bisa mengajar santri jika semua kitab yang diajarkan sesuai dengan ketentuan Pemerinth Belanda.
            Sayang Kiai Muhammad Basyir tidak dikaruniai umur panjang. Tahun 1940 beliau wafat dalam usia 49 tahun. Mengarungi hidup bersama Nyai Syafuro beliau meninggalkan enam keturunan  yaitu Tsauban (wafat masih kecil), Muhammad Syafi’I (wafat umur 20 tahun), Salamah, Fathona, Safinah dan Syari’ah.
Kiai Hamdan (Penerus K. Muhammad Basyir)
            Sepeninggal KIAI   MUHAMMAD  BASYIR, Nyai Syafuro’ sang istri  menikah dengan Kiai Abdus Salam  dan mempunyai seorang putri bernama Aminah. Adapun pondok pesantren yang beliau rintis diteruskan oleh menantunya yaitu Kiai Hamdan (karib dipanggil Kiai Kandam) yang menikah dengan Salamah pada 1940.
       Pria kelahiran Kediren  Kalitengah  Lamongan  1918  itu tidak lain adalah santri Kiai Muhammad Basyir sendiri  yang kemudian meneruskan belajar kesebuah pesantren di Madura. Menikah dengan Kiai Hamdan, Nyai Salamah dikaruniai empat putra  M. Atho’ur-Rahmam (wafat masih kecil), M. Suzaini,  M. Tsabit, dan M. Nur Salim (wafat masih kecil).
            Sementara kepengasuhan Kiai Hamdan di Pondok Pesantren Al-Basyir bisa dibilang singkat. Tanggal 12  November 1950  beliau mendapat tugas resmi dari Kantor Agama Daerah Bojonegoro dalam surat Nomor 3025/A/1950 untuk “memberi penerangan Agama Islam”. Dan dua tahun berselang yaitu pada 1952  Kiai Hamdan wafat dalam usia yang sangat muda 34 tahun.
      Sepeninggal Kiai Hamdan, Nyai Salamah menikah lagi dengan Kiai Abdul-Hamid dan mempunyai  seorang putra bernama Abdul Hakim. Tidak lama berselang keduanya bercerai.
         Meskipuk Kiai Hamdan sudah tiada, bukan berarti Pondok Pesantren Al-Basyir tidak lagi dibutuhkan masyarakat Takerharjo. Justru setiap datang waktu sholat wajib warga Takerharjo secara rutin datang ke Pondok Pesantren Al-Basyir  untuk mandi dan melakukan sholat berjamaah bersama santri putra   dan santri putri diasuh oleh Nyai  Salamah.
        Pada tahun 1970 setelah menyelesaikn tugas belajar,  penulis (M. Suzaini) mengadakan pembelajaran membaca Al-Qur’an untuk anak-anak setelah selesai jamaah sholat Maghrib dan belajar memabaca  kitab-kitab kuning, seperti: Tafsir Jalalaini, Riyadlush-Solihin, Bulughul-Maram, ‘imriti dan lain-lain, untuk remaja, setelah jamaah sholat Shubuh.
          Seiring dengan berjalannya waktu tahun 1991 penulis dan para saudara mewakafkan tanah dilokasi Pondok Pesantren Al-Basyir atas nama Nyai Salamah dan Papak Warjan untuk pembanguna gedung Madrasah Tsanawiyah Suwasta (MTs.S.) dan Madrash Aliyah Suwasta (MAS) Muhammadiyah. Wakaf tanah itu untuk “lahan da’wah di bidang pendidikan bagi pewakaf, segenap anak cucu dan  masyarakat.



@khusyudulhibri